PARTISIPASI AKTIF WARGA SEKOLAH DALAM MENUMBUHKAN BUDAYA BACA DI SEKOLAH MELALUI GERAKAN LITERASI SEKOLAH
A. PENDAHULUAN
Minat baca masyarakat Indonesia masih rendah, termasuk minat baca siswa Sekolah Dasar baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya kesadaran siswa terhadap pentingnya membaca, selain itu juga dikarenakan belum adanya dukungan penuh dari sekolah dalam menumbuhkan budaya baca siswa, belum tersedianya fasilitas yang mendukung minat baca seperti adanya bahan bacaan yang lengkap, menarik dan up to date, belum adanya ruang atau suasana yang nyaman untuk membaca, fasilitas perpustakaan yang kurang memadai dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan perbaikan atau pembenahan terhadap hal-hal tersebut sehingga diharapkan terciptanya budaya baca di sekolah dasar. Salah satu cara menumbuhkan budaya baca di Sekolah dasar yaitu melalui gerakan literasi sekolah atau biasa disebut dengan GLS. Dalam buku Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah disebutkan bahwa “GLS merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bersifat parsitipatif yang melibatkan warga sekolah (peserta didik, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah, orang tua/wali murid peserta didik), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (tokoh masyarakat yang dapat mempresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll) dan pemangku kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk kesuksesan menanamkan GLS ini tentunya dibutuhkan partisipasi aktif dari semua warga sekolah.
Sekolah Dasar merupakan jenjang sekolah sebelum memasuki tingkatan sekolah yang lebih tinggi seperti SMP, SMA dan seterusnya. Oleh karena itu sangat penting menanamkan sikap gemar membaca yang sebaiknya mulai ditanamkan sejak anak-anak atau siswa berada dalam jenjang pendidikan terendah. Untuk menumbuhkan minat baca anak atau siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah maka diperlukan pembiasaan atau mengenalkan siswa sekolah dasar dengan kebiasaan membaca sejak dini, diterapkannya budaya literasi di sekolah,
menyediakan bahan bacaan yang menarik dan variatif yang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, membuat suasana taman baca atau perpustakaan yang nyaman dan sebagainya. Lingkungan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan minat baca anak, oleh karena itu dalam menumbuhkan minat baca siswa di sekolah membutuhkan kerjasama dari semua pihak atau waga sekolah termasuk orang tua/wali murid peserta didik karena keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam membentuk kebiasaan atau karakter anak. Budaya baca erat kaitannya dengan bahan pustaka atau bacaan baik bahan bacaaan tercetak seperti buku, koran, majalah dan lainnya maupun bahan bacaan non cetak seperti e-book, CD-Rom, kaset dan lain-lain. Bahan bacaan di sekolah biasanya dihimpun oleh perpustakaan sekolah. “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang bersangkutan” (Sulistyo Basuki, 2010, P.2.16). Bagian selanjutnya akan memaparkan tentang bagaimana mengimplementasikan Gerakan Literasi di sekolah melalui kegiatan yang kreatif dan bervariasi, bentuk-bentuk partisipasi aktif atau kerjasama antar warga sekolah serta bagaimana menambah dan meningkatkan fasilitas atau sarana prasarana pendukung budaya baca di sekolah.
Sekolah Dasar merupakan jenjang sekolah sebelum memasuki tingkatan sekolah yang lebih tinggi seperti SMP, SMA dan seterusnya. Oleh karena itu sangat penting menanamkan sikap gemar membaca yang sebaiknya mulai ditanamkan sejak anak-anak atau siswa berada dalam jenjang pendidikan terendah. Untuk menumbuhkan minat baca anak atau siswa baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah maka diperlukan pembiasaan atau mengenalkan siswa sekolah dasar dengan kebiasaan membaca sejak dini, diterapkannya budaya literasi di sekolah,
menyediakan bahan bacaan yang menarik dan variatif yang didukung oleh tersedianya sarana dan prasarana yang memadai, membuat suasana taman baca atau perpustakaan yang nyaman dan sebagainya. Lingkungan sangat berpengaruh dalam menumbuhkan minat baca anak, oleh karena itu dalam menumbuhkan minat baca siswa di sekolah membutuhkan kerjasama dari semua pihak atau waga sekolah termasuk orang tua/wali murid peserta didik karena keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh dalam membentuk kebiasaan atau karakter anak. Budaya baca erat kaitannya dengan bahan pustaka atau bacaan baik bahan bacaaan tercetak seperti buku, koran, majalah dan lainnya maupun bahan bacaan non cetak seperti e-book, CD-Rom, kaset dan lain-lain. Bahan bacaan di sekolah biasanya dihimpun oleh perpustakaan sekolah. “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan formal di lingkungan pendidikan dasar dan menengah yang merupakan bagian integral dari kegiatan sekolah yang bersangkutan dan merupakan pusat sumber belajar untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan yang bersangkutan” (Sulistyo Basuki, 2010, P.2.16). Bagian selanjutnya akan memaparkan tentang bagaimana mengimplementasikan Gerakan Literasi di sekolah melalui kegiatan yang kreatif dan bervariasi, bentuk-bentuk partisipasi aktif atau kerjasama antar warga sekolah serta bagaimana menambah dan meningkatkan fasilitas atau sarana prasarana pendukung budaya baca di sekolah.
B. MENGIMPLEMENTASIKAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH MELALUI KEGIATAN-KEGIATAN YANG KREATIF DAN BERVARIASI
Saat ini banyak sekolah yang sudah mulai mengimplementasikan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Tujuan dari GLS ini adalah menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. Kendalanya adalah masih ada sekolah yang belum menerapkan gerakan literasi ataupun sudah menerapkan gerakan literasi di sekolah tetapi belum maksimal. Untuk keberhasilan Gerakan Literasi Sekolah ini maka diperlukan konsistensi dalam pengimplementasiannya. Untuk menarik minat siswa di sekolah dasar dalam rangka pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah ini maka perlu kreatifitas dan kegiatan-kegiatan tersebut harus menarik minat peserta didik. Banyak sekali yang bisa dilakukan dalam rangka mengimplementasikan gerakan literasi sekolah, diantarannya yaitu:
a. Menerapkan wajib membaca buku non pelajaran 15 menit setiap hari. Seperti yang tertuang dalam peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 23 tahun 2015 tentang penumbuhan budi pekerti, salah satu gerakan litersai sekolah yaitu membaca 15 menit buku non pelajaran sebelum pelajaran dimulai
b. Klub pecinta buku yang bertujuan untuk menarik siswa-siswi agar gemar membaca.
c. Mendongeng yang bisa dilakukan oleh guru atau pustakawan di sekolah.
d. Pelatihan menulis, hal ini untuk memfasilitasi siswa yang gemar menulis, atau tertarik dengan dunia literasi.
e. Lomba-lomba menulis, membaca ataupun mendongeng berdasarkan buku yang telah dibaca.
f. Bedah karya peserta didik dengan menghadirkan orang tua/wali. Hasil karya menulis siswa-siswi dari pelatihan menulis dikumpulkan, diseleksi dan kemudian tulisan-tulisan yang bagus dapat dijadikan buku antologi karya siswa misalnya antologi cerpen, antologi puisi atau yang lainnya. Kemudian sekolah bekerjasama dengan penerbit untuk menerbitkan buku tersebut atau bisa juga dicetak sendiri di percetakan. Setelah buku kumpulan karya siswa tersebut resmi terbit bisa diadakan bedah buku yang menghadirkan orang tua/wali murid. Selain bisa dijual buku tersebut juga bisa menjadi koleksi perpustakaan yang nantinya akan mendorong minat baca siswa-siswi untuk membaca hasil karya sendiri ataupun hasil karya teman-temannya.
g. Memberi hadiah kepada siswa yang paling rajin membaca di perpustakaan dan paling rajin meminjam koleksi perpustakaan, hal ini sangat penting untuk mengapreasiasi siswa-siswi agar mereka berlomba-lomba untuk membaca atau meminjam buku di perpustakaan.
h. Bedah Buku yang bisa menghadirkan penulis buku tersebut atau bisa juga bekerjasama dengan penerbit buku-buku anak.
i. Program wajib kunjung ke perpustakaan sekurang-kurangnya satu jam pelajaran/kelas/minggu.
j. Membuat pojok baca yang ada di sudut-sudut kelas, Buku-buku yang ada di pojok baca ini bisa dari perpustakaan atau dari siswa yang masing-masing membawa satu buku dan natinya bisa bertukar koleksi antara satu kelas dengan kelas lainnya.
k. Jika ada perlombaan yang di selenggarakan sekolah misalnya dalam rangka memperingati hari kartini, hari pendidikan nasional atau yang lainnya maka siswa yang mendapatkan hadiah diberikan hjadiah berupa buku untuk mendorong sikap gemar membaca.
l. Menjadikan pendidikan literasi sebagai pelajaran tambahan, muatan lokal, atau ekstra kurikuler atau memasukkannya dalam jam tambahan.
m. Membentuk Tim Literasi Sekolah yaitu tim yang mengawasi, mengkoordinir dan mengevaluasi jalannya program-program Literasi sekolah. Tim Literasi Sekolah ini memiliki peran penting dalam memastikan apakah GLS berjalan dengan baik atau tidak.
C. PARTISIPASI AKTIF ATAU KERJASAMA ANTAR WARGA SEKOLAH
Pendidikan di sekolah melibatkan banyak komponen. Yang dimaksud sebagai warga sekolah adalah guru/pendidik, Kepala Sekolah, peserta didik, tenaga kependidikan, pengawas sekolah, komite sekolah dan orang tua/wali murid peserta didik. Peran aktif dari semua warga sekolah sangat dibutuhkan karena upaya menumbuhkan budaya baca di sekolah dasar merupakan tanggung jawab semua komponen pendidikan. Contoh partisipasi aktif warga sekolah dalam menumbuhkan minat baca di sekolah diantaranya adalah:
a. Guru bekerjasama dengan wali murid untuk menanamkan sikap gemar membaca di rumah. Keluarga adalah lingkup pendidikan terkecil, karena itu keluarga sangat berperan penting dalam mendidik anak dan juga menanamkan kebiasaan membaca sejak dini.
b. Kerjasama warga sekolah mengadakan kunjungan atau tour ke perpustakaan besar misalnya perpustakaan daerah, perpustakaan kota atau bahkan perpustakaan Nasional ataupun perpustakaan-perpustakaan yang lain. Jika biasanya sekolah mengadakan study tour ke museum-museum maka bisa juga diagendakan tour ke perpustakaan untuk mengenalkan siswa pada budaya baca.
c. Guru memberi tugas membaca (siswa bebas memilih buku bacaan di perpustakaan) dan kemudian meresensi buku atau tugas lainnya yang mendorong siswa untuk membaca.
d. Pengenalan perpustakaan atau literasi perpustakaan. Pustakawan mengenalkan kepada siswa tentang seluk-beluk perpustakaan seperti koleksi yang ada, sarana prasarana, tata
tertib perpustakaan, cara meminjam buku dan lain-lain. Hal ini sangat penting untuk mengenalkan siswa kepada perpustakaan karena sangat disayangkan jika siswa tidak mengetahui tentang adanya layanan ataupun yang lainnya yang bisa didapatkan di perpustakaan.
e. Guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah merupakan teladan bagi siswa, oleh karena itu guru dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah berperan aktif dalam memberikan contoh yang baik bagi siswa. Dalam menumbuhkan budaya baca ini misalnya memberikan contoh gemar berkunjung ke perpustakaan, membaca jika ada waktu luang, atau bahkan menulis.
f. Mengatur jadwal dengan menambah waktu istirahat agar peserta didik memiliki kesempatan untuk ke perpustakaan. Waktu istirahat yang hanya sebentar akan membuat siswa tidak memiliki banyak waktu ke perpustakaan atau bahkan enggan ke perpustakaan.
g. Pemimpin yang terbuka artinya mau menerima masukan dan mendengarkan saran-saran dari bawahannya. Dengan pemimpin yang terbuka diharapkan bisa terjalin komunikasi yang baik antara bawahan dengan atasan sehingga tercapai tujuan yang diinginkan. Selain itu pemimpin juga harus bisa memotivasi bawahan-bawahannya agar bisa bekerja dan berusaha dengan baik dalam mencapai tujuan. Pemimpin disini misalnya Kepala Sekolah, wakil kepala sekolah ataupun kepala perpustakaan.
D. MENAMBAH DAN MENINGKATKAN FASILITAS ATAU SARANA PRASARANA PENDUKUNG BUDAYA BACA DI SEKOLAH
Budaya baca sangat didukung oleh adanya fasilitas yang mendukung siswa untuk membaca. Salah satu fasilitas yang mendukung budaya baca di sekolah adalah perpustakaan sekolah, selain perpustakaan dalam menanamkan budaya baca di sekolah dasar juga diperlukan inovasi kreatif dari sekolah seperti adanya pojok baca setiap kelas yang dikelola bersama siswa, pustakawan dan guru, sudut-sudut atau area baca, caffe book atau yang lainnya.
1. Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan merupakan pusat sumber ilmu pengetahuan, oleh karena itu tidak heran jika perpustakaan disebut sebagai jantung sekolah. Keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan bisa berfungsi sebagai sumber belajar, media kegiatan literasi informasi, penelitian, kegiatan baca-
membaca dan juga salah satu fungsi perpustakaan yaitu rekreasi sehingga diharapkan perpustakaan bisa menjadi tempat yang menyenangkan. Perpustakaan dan pustakawan berperan penting dalam menumbuhkan minat baca. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan oleh perpustakaan untuk mendorong atau menarik siswa datang, berkunjung dan kemudian memanfaatkan fasilitas perpustakaan yang ada diantaranya antaralain:
a. Gedung atau ruang perpustakaan serta sarana dan prasarana yang memadai.
b. Koleksi yang beragam, menarik dan up to date seperti buku teks cetak, kamus, ensiklopedi, koleksi fiksi seperti novel dan lain-lain, buku biografi, media digital, e book, peta, globe maupun sarana belajar lain, video/multimedia dan sebagainya.
c. Hal yang sangat penting adalah adanya pengelola yang kompeten karena keberhasilan dan mutu pelayanan yang ada di perpustakaan ditentukan oleh SDM yang ada. Perpustakaan dan pustakawan berperan penting dalam menumbuhkan budaya baca. Perpustakaan yang dikelola dangan baik akan mampu menarik siswa datang ke perpustakaan dan pada akhirnya akan mampu meningkatkan minat baca.
d. Anggaran Perpustakaan yang memadai. Sesuai Undang-undang nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 23 ayat (6) dan Standar Nasional Perpustakaan bahwa Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5 % dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan di luar belanja pegawai dan pemeliharaan serta perawatan gedung.
e. Perpustakaann harus mengikuti perkembangan teknologi. Perpustakaan saat ini bukan lagi manual tetapi terautomasi bahkan perpustakaan digital yang bisa diakses darimana saja dan kapan saja oleh pemustaka. Untuk mewujudkannya tentunya dibutuhkan pustakawan yang kompeten di bidangnya. Dengan adanya pustakawan yang memang memiliki kompetensi dan kualifikasi sebagai seorang pustakawan diharapkan perpustakaan yang maju dan terkelola dengan baik dapat terwujud.
f. Perpustakaan sebaiknya berada di pusat kegiatan pembelajaran, strategis, mudah dilihat dan mudah di jangkau.
g. Penataan perpustakaan dibuat semenarik mungkin, bahkan jika perlu dilengkapi dengan panggung teater sebagai tempat siswa dalam menunjukkan bakatnya, dilengkapi tempat/ruang yang memajang karya-karya kreatif dari para siswa misalnya dengan
membuat kerajinan yang diperoleh dari buku atau dari multimedia yang ada di perpustakaan.
h. Perpustakaan bisa juga dimanfaatkan sebagai kelas alternatif. Oleh karena itu sebaiknya perpustakaan juga menyediakan sarana pembelajaran seperti komputer yang bisa akses internet, VCD, TV, proyektor atau yang lainnya.
i. Mengadakan kegiatan seperti misalnya nonton bareng di perpustakaan, story telling dll.
j. Perpustakaan yang berorientasi pada kebutuhan pemustaka. Bahwa pada dasarnya kebutuhan setiap anak berbeda, ada anak yang senang membaca buku ditempat yang sepi, ada anak yang senang membaca buku sambil mendengarkan musik, ada anak yang memiliki kebiasaan membaca dengan bersuara dan lain-lain. Oleh karena itu sebaiknya perpustakaan memfasilitasi dengan menyediakan tempat untuk itu yang mendorong siswa senang membaca sesuai dengan keinginannya, dan perpustakaan bukanlah tempat yang kaku yang membatasi siswa untuk bergerak seperti dilarang berisik dan lain-lain.
2. Area baca/sudut baca/taman baca.
Area ini bisa memanfaatkan area-area strategis yang ada di sekolah seperti Lobi/ruang tunggu dimana biasanya ada tamu atau orang tua/wali murid menunggu ketika menjemput anaknya, area masjid juga bisa disediakan pojok baca, area atau tempat-tempat dimana tersedia tempat duduk untuk siswa ketika beristirahat, dan tempat-tempat potensial lain yang ada di sekolah.
3. Mading Sekolah.
Mading sekolah ini bisa memuat karya-karya tulis siswa, karya seni seperti gambar-gambar siswa, maupun informasi-informasi penting dari sekolah. Mading sekolah merupakan salah satu media yang mendorong siswa untuk membaca.
E. PENUTUP
Menumbuhkan budaya baca di sekolah merupakan tanggung jawab bersama, tidak akan berhasil jika hanya salah satu komponen yang bergerak misalnya pustakawan tanpa dukungan pimpinan maupun guru, guru tanpa dukungan pustakawan, pimpinan/kepala sekolah tanpa dukungan bawahan dan sebagainya. Oleh karena itu dalam menumbuhkan budaya baca di Sekolah Dasar membutuhkan partisipasi aktif dan kerjasama dari semua pihak atau warga sekolah.
Berbagai upaya dapat dilakukan warga sekolah dalam menumbuhkan minat baca di sekolah dasar diantaranya adalah mengimplementasikan gerakan literasi di sekolah melalui kegiatan-kegiatan yang kreatif dan bervariasi, adanya partisipasi aktif atau kerjasama antar warga sekolah serta menambah dan meningkatkan fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung budaya baca di sekolah. Dengan tingginya minat baca di sekolah diharapkan dapat meningkatkan kualitas peserta didik yang nantinya juga akan meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di sekolah
F. DAFTAR PUSTAKA
Indonesia. (2007). Undang-Undang RI no 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Indonesia. (2011). Standar Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan dan Kepustakawanan. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI
Indonesia. (2015). Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan RI nomor 23 tahun 2015. Jakarta : Departemen Pendidikan RI
Sulistyo Basuki. (2010). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Universitas Terbuka
Wiedarti, Pangesti, dkk. (2016). Desain induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen Kemendikbud
Comments
Post a Comment